Senin, 27 November 2017

Resensi Novel: When He Was Wicked - Cinta Terpendam sang Earl (Seri Bridgertons Family #6)


Judul Buku: When He Was Wicked
Pengarang: Julia Quinn
Halaman: 440
Penerbit: Kompas Gramedia


Oke, saya memang sedang kangen dengan bacaan-bacaan ringan yang penuh roman picisan karya Julia Quinn... Atau lebih tepatnya saya kangen dengan keluarga Bridgerton (terutama yang cowo2 nya lah.... haha)

Iseng bacalah saya cerita si Francesca anak ke-6 Keluarga Bridgerton ini.. awalnya sih gak tertarik ya... soalnya di Goodreads juga reviewnya gak bagus...

Dan memang saya kurang suka... meski baca buku ini cuma 1 hari (karena di skip-skip), tapi buku ini gak menarik... 

Sebenarnya yang saya harapkan dari suatu novel yang saya baca or film yang saya tonton hanya satu saja, karakter yang bisa buat saya jatuh cinta... Karakter yang tentu saja buat saya terinspirasi, seperti misal ketangguhannya, semangatnya, or apalah yang lain...

Daaaan.... saya tidak menemukan karakter yang bikin saya jatuh cinta di novel ini. 

Francesca digambarkan menyedihkan, dia ditinggal meninggal oleh suaminya-John di usia pernikahan ke-2. Bahkan beberapa bulan kemudian keguguran (perfect tragedy)... berkubang diantara kesedihan dan kegalauan sampai dengan 4 tahuuun... dan baru tersadar bahwa sesungguhnya ia ingin punya anak... dia gak berharap ketemu lagi dengan laki-laki yang bisa ia cintai, tapi dia cuma mau punya anak!!!

Disisi lain, Michael, sepupu John memang sudah memendam rasa sama si Francesca, bahkan sejak francesca menikah sama John. Namun Michael sadar itu tidak benar. Makanya dia menutupi kesedihan cinta gak kesampaian dengan pribadi playboy...

So dah dapat ditebaklah ya... pokoknya adalah romantisme-romantisme antara Francesca dan Michael hingga akhirnya mereka jatuh cinta beneran... (pokoknya begitu deh...*males juga menguraikannya haha)..

Nah, saya pikir nih buku kayanya sedih amat ya... gak ada ceria-cerianya... kehidupan Francesca kayanya tuh sepi dan sendiri banget, ditambah orangnya melow gitu... so bagi saya (yang emang udah melow... Haha) gak bisa jadi panutan... 

Ada sih adegan dalam buku yang bikin saya terharu, yakni pembicaraan Francesca sama ibunya yang nanya kenapa ibunya gak pernah menikah lagi. Dan ibunya bilang cuma francesca yang nanya hal itu, anak-anaknya yang lain gak pernah nanya... dan ibunya jawab waktu itu gak ketemu orang yang tepat lagi atau juga gak benar-benar mencari, apalagi kondisinya dulu beda sama francesca, kalo ibunya kan janda dengan 8 anak... lah francesca kan belom punya anak... 

Sementara karakter Michale gak ada spesial-spesialnya... malah gak jelas deh karakternya selain yang digembar-gemborkan ganteng dan perayu ulung... beda sama cowo bridgerton lainnya kaya Antony yang angkuh or collin yang sok playboy tapi nyatanya gak pedean... 

So, rada kecewa ya dengan buku yang ini... saya cuma bisa kasih bintang 2 dari 5 untuk karya julia quinn yang ini...

Minggu, 26 November 2017

Resensi Novel: Satu, Dua, Pasang Gesper Sepatunya by Agatha Christie

Judul Buku: Satu, Dua, Pasang Gesper Sepatunya
Pengarang: Agatha Christie
Halaman: 280
Penerbit: Kompas Gramedia


Rindu dengan cerita-cerita detektif (dan mabok dengan drama korea-karena kebanyakan yang ditonton 😃), saya kembali memilih novel agatha christie sebagai pengisi waktu luang...

Namun bagi saya novel ini agak membosankan. Tokohnya yang banyak bikin saya pening buat mengingat-ingat (apa karena faktor usia kah hehe).

Bercerita tentang tewasnya seorang dokter gigi yang kebetulan (ya gak kebetulan lah ya... 😃) dokter giginya Poirot. Dan kebetulannya juga sebelum tewas di siang hari, pada waktu pagi memeriksa Poirot. Jadi Poirot tahu siapa-siapa aja yang hari itu ada di klinik gigi tersebut yang bisa jadi merupakan tersangka pembunuhan.

Polisi awalnya menyimpulkan bahwa si dokter gigi bunuh diri setelah salah menyuntikkan dosis obat bius ke salah satu pasiennya...

Tersangkanya antara lain ada  seorang bankir, rekan seprofesinya yang dokter gigi juga, seorang yunani, seorang pemuda amerika, dan seorang bekas aktris dengan sepatu bergesper yang lepas...

Tapi tentu saja Poirot merasa kesimpulan itu sangat janggal... Poirot menyelidiki dan tentu saja misteri itu terpecahkan...

Bagi saya cerita novel ini membosankan selain karena tokohnya yang banyak, alurnya pun lambat... bagi saya hampir tidak ada kejutan atas misteri ini... 

Oh ya satu lagi yang bikin kurang greget, teman Poirot-Hasting, gak ada... jadi agak-agak gimana gitu... hehe... soalnya yang menghidupkan suasana biasanya Hasting. Poirot juga bisa tambah angkuh kalo di depan hasting... jadi ya kurang hidup aja ceritanya...

Saya cuma bisa kasih bintang 2 dari 5 untuk novel ini...

Senin, 20 November 2017

Review Drama Korea - Because This Is My First Life: Cerita Kawin Kontrak yang Bikin Baper



Ide cerita kawin kontrak memang gak pernah lekang oleh waktu ya... Dan tentu bikin banyak orang seneng dan baper.... sudah banyak Drama korea yang mengambil ide kawin kontrak or yang gak berdasarkan cinta seperti Full house, Princess Hour, Marriage not dating, Mary Stayed out all night, dan sepertinya masih banyak lagi yang belum saya tonton...

Nah satu lagi di tahun 2017 ini ide kawin kontrak dituangkan dalam Drama korea yang berjudul "Because This Is My First Life".

Diceritakan bahwa Yoon Ji Hoo merupakan seorang asisten penulis yang gak berhasil-berhasil dalam hidupnya. Harus keluar dari rumahnya karena si adik ternyata udah menikah, dan dia merasa gak nyaman untuk tinggal bareng sama adiknya yang baru menikah. Dalam kondisi gak punya uang banyak, Ji Hoo harus mencari tempat tinggal baru.  


Jung So Min sebagai Yoon Ji Hoo

Sementara itu, Nam Se Hee adalah seorang designer IT yang mukanya lempeeeng banget... Kaya gak punya emosi. Senyum juga cuma bisa 1 cm... Dan dipikirannya cuma ada cicilan rumah yang lunas di tahun 2048 dan kucing yang dinamakan juga dengan nama "kucing" (memang aneeeh). 

Nam se Hee mencari penyewa kamar dirumahnya untuk membantu dia bayar cicilan rumah. Nah sebelumnya si penyewa rumah adalah tukang mabok (bahkan pipis dalem kulkas... ihh amit-amit), makanya diusir dan Nam Se Hee pengen segera cari penyewa yang lain yang bersedia sama-sama ngerawat rumah itu juga dan tentu meringankan cicilan dia... 


Lee Min Ki sebagai Nam Se Hee
Singkat cerita penyewa baru di rumah Nam Se Hee adalah Ji Hoo. Awal-awal Nam Se Hee gak tau kalo penyewa rumahnya adalah wanita begitu juga Ji Hoo gak tau kalau tuan rumahnya laki-laki. Nam Se Hee seneng banget, karena Ji hoo suka bersih-bersih dan mau ngasih makan kucingnya... apalagi jago memilah-milah sampah...

Budaya Korea masih mirip-mirip lah sama Indonesia, tinggal serumah dengan lawan jenis tuh enggak bangeet... Nam Se Hee pertentangan batin karena udah merasa cocook banget sama Ji Hoo... bahkan menurut analisis (menggunakan chart dan algoritma... Haha), Ji hoo merupakan penyewa dengan nilai paling tinggi... Selain itu, Nam Se Hee juga didesak-desak nikah sama ibunya... makanya dengan kondisi begitu, demi terbebas dari tekanan ibunya buat ikut kencan buta, di ajak nikah lah Ji Hoo... cara pas ngajak nikahnya lucu bangeet...haha..

Mereka nikah bukan karena cinta... tapi karena yang satu butuh seorang penyewa buat bayar cicilan, dan yang satu emang cuma butuh kamar yang nyaman dengan biaya murah...

Disinilah kisah romantisnya bermula... dan bikin baper... memang udah bisa ditebaklah ya... tapi lucu proses mereka yang mulai saling suka-suka an...

Disini saya jatuh cinta sama dua karakter baik laki-lakinya maupun perempuannya... 

Nam Se Hee digambarkan pinter banget.... bahkan bosnya aja sampe takut dan gak bisa ngatur dia... haha.... sementara Ji Hoo bukan cewe yang cengeng... meski nasibnya jelek, gak nelangsa-nelangsa banget... dan tetap kuat dan tangguh... 

Sampai saya tulis ini, episode tayang sudah 12 dengan durasi tiap episodenya 1 jam... dan saya sukaa... saya kasih nilai 4,5 bintang dari 5 untuk drama ini... 

Update:

Drama ini udah selesai di episode 16... dan sampai akhir saya gak ngerasa bosan... dan bikin geregetan.... trus pesan moral tersembunyi yang bisa saya ambil adalah: pliz deh kalo udah suka dan cinta tuh ya ngomong atuuh, biar gak melow-melow gak jelas sendirian (ini ditujukan ya buat dua-duanya peran utama si nam se hee dan ji hoo)... 

Ada yang berkesan di drama ini, yaitu ketika Ji Hoo cerita tentang isi novel "Room 19"  ke Nam Se Hee, diceritakan bahwa ada seorang istri yang meminta ke suaminya untuk membuatkan ruang pribadi buat dia, dibuatkanlah ruang pribadi itu dirumahnya untuk menyendiri si istri, tapi dengan berjalannya waktu, ruang itu gak jadi ruang pribadinya lagi karena anak-anaknya dan suaminya masuk ke ruangan itu. Sampai si istri akhirnya menyewa suatu kamar hotel. Pada malam hari ketika suami dan anak-anaknya tidur, dia akan pergi ke hotel itu dan menikmati kesunyiannya sendiri, dan itu membuat dia bahagia. 

Hingga sampai pada suatu waktu, suaminya tau tentang kamar yang disewa di hotel itu... dan apa dong yang istrinya bilang, dia malah ngaku bahwa dia selingkuh di hotel itu daripada mengakui bahwa dia menggunakan hotel itu buat dirinya sendiri... hmmm tragis kan...

Yup, setiap orang memang butuh ruang pribadi... tapi gak se ekstrim di novel itu juga kaliii... dan gak se ekstrim Nam Se hee yang tertutup dan gak membiarkan seorangpun masuk dalam hatinya dan menggoncangkan emosi... 

Tapi sekuat apapun Nam Se Hee membangun tembok di hatinya, akhirnya luluh juga dengan Ji hoo yang tulus dan punya ketegasan dalam memilih jalan hidup... 




Review Drama Korea - While You Were Sleeping: Ketika Mimpi jadi Kenyataan



Drama korea ini sudah heboh dari awal. Alasannya ya karena mempertemukan dua bintang yang sedang naik daun. Siapa lagi kalau bukan Bae Suzy dan Lee Jong Suk.


Di episode awal digambarkan Nam Hong Joo yang diperankan Bae Suzy bermimpi tiba-tiba memeluk laki-laki tak dikenal. Dan ternyata laki-laki itu adalah Jung Jae Chan yang diperankan oleh Lee Jong Suk. 

Jadi ternyata Nam Hong Joo memiliki kemampuan dimana mimpi-mimpinya menjadi kenyataan. Kebanyakan mimpinya tentang suatu tragedi yang bisa menyebabkan kematian.



Bae Suzy sebagai Nam Hong Joo

Nam Hong Joo tidak sendirian ternyata Jung Jae Chan juga memiliki kemampuan yang sama. 

Jung Jae Chan berprofesi sebagai jaksa dan Nam Hong Joo bersama-sama mencoba untuk menghentikan terjadinya tragedi di masa depan yang muncul dalam mimpi-mimpi mereka. 


Lee Jong Suk sebagai Jung Jae Chan
Menurut saya ceritanya biasa-biasa saja. Gak terlalu menyentuh di hati. Thrillernya gak bikin deg-degan dan romantismenya gak bikin baper.... jadi nanggung... Apalagi second lead-nya gak digarap habis-habisan sebagai barisan sakit hati yang mengenaskan... haha.. Han Woo Tak yang ternyata naksir sama Nam Hong Joo kurang  greget... jadi udah suka tapi kalah cepat sama Jung Jae Chan.. dan dengan legowo tetap tersenyum manis....


Jung Hae In sebagai Han Woo Tak

Antagonisnya adalah Lee Yoo Beom seorang mantan jaksa yang beralih profesi sebagai pengacara. Antagonisnya juga gak yang frontal... tapi bikin geregetan sih, karena dengan mudah memanipulasi segala sesuatu.

Lee Sang Yoeb sebagai Lee Yoo Beom
Overall, bagi saya drama ini biasa-biasa aja... bahkan empat episode akhir saya males nonton walaupun akhirnya ditonton juga. Bukan drama yang bikin baper... dan juga karakternya gak ada yang bikin jatuh cinta...

Saya kasih nilai 3 dari 5 bintang... 

Rabu, 15 November 2017

Review Film: Critical Elevent


Film Critical Eleven ini merupakan adaptasi dari novel karangan Ika Natassa dengan judul yang sama. Novelnya sendiri saya sih belum baca. Tapi kalau sudah liat filmnya bagi saya sudah cukup, gak kepengen lagi baca novelnya... hehe... menurut saya kalo idenya sama ya udahlah ya udah ngerti juga...

Saya gak nonton film ini di bioskop, tapi melalui aplikasi HOOQ yang giat bekerjasama dengan provider seluler...

Dan Film ini cukup membuat saya menangis... 

Bercerita tentang kisah romantis pertemuan Ale (diperankan Reza Rahardian) dan Anya (diperankan Adinia Wirasti) di pesawat yang kemudian berlanjut hingga ke pelaminan. 

Anya yang mulanya wanita karir mapan, bersedia melepaskan semuanya demi mengikuti suaminya untuk mukim di New York. 

Ale sendiri merupakan pekerja tambang yang harus pergi bekerja di lapang hingga jangka waktu agak lama (gak tau deh, lupa berapa lama... hehe)... Jadi Anya sering ditinggal sendiri di New York, sementara Ale pergi ke tengah laut Meksiko.

Tak beberapa lama, Anya hamil... 

Nah disinilah mulai timbul konflik. Anya santai aja menghadapi kehamilannya, tapi Ale sedikit lebay dan merasa gak tega kalo ninggalin Anya pas hamil untuk kerja lama-lama di tengah laut. 

Ale pun ngajak Anya balik ke Indonesia, agar lebih dekat dengan keluarga, dan agar Ale lebih tenang bekerja. Anya yang sudah menikmati tinggal di NY pun nolak mentah-mentah. Tapi Ale berkeras, hingga akhirnya dengan setengah hati dan mau gak mau, Anya nurut untuk balik ke Indonesia...

Di Indonesia, Anya justru balik kerja lagi... hidup baik- baik saja sampai tiba-tiba bayi yang dikandung anya dinyatakan meningal di usia yang hampir dilahirkan... 

Hal ini tentu aja bikin shock keduanya... dan miris sekali kan... Hubungan mereka teruji, Ale sepertinya menyalahkan Anya karena terlalu sibuk... sementara Anya pun meski gak terima memang merasa itu semua kesalahannya...

Dan hubungan mereka mendingin... (menurut saya karena kurang iman ini haha... toh apa yang belum menjadi rezeki, meski ditangisi sebanyak apapun gak akan jadi milik kita kan...)... 

Dan begitulah... mereka harus berjuang untuk menyelamatkan krisis rumah tangga mereka... Apakah berhasil?? tonton sendiri aja...

Sedih sih nonton ini... saya sampai berurai air mata... ya gimana enggak coba, kalau udah nyiapin apa-apa untuk baby, tau-tau meninggal dalam kandungan... tapi ya gak saling menyalahkan juga kan.... 

Saya kasih nilai 4 dari 5 untuk film ini...



Jumat, 03 November 2017

Resensi Novel: Paris Letters by Janice Macleod


Judul buku: Paris Letters

Pengarang: Janice Macleod
Halaman: 305
Penerbit: Kompas Gramedia


Well, membuka halaman pertama saya bingung, ini novel kan? Tapi kok nama tokohnya sama seperti pengarangnya. Dan novel ini jauh dari yang saya harapkan. Saya kira novel ini seperti cerita-cerita chicklit atau metropop sejenis karangan Sophie Kinsela, tapi kecewa karena buku ini bercerita pengalaman hidup si Janice saja.


Janice diceritakan sebagai seorang penulis naskah iklan yang cukup mapan. Namun merasa jenuh dan kesal, terutama karena sulitnya meminta izin cuti. 

Di Bab ke-2, diceritakan bahwa ia selalu mengeluh dengan kesehariannya, bekerja dan bekerja (ini saya banget).  

Dalam kejenuhan itu, Janice membiasakan diri menulis buku harian setiap hari setidaknya 3 lembar. Awalnya buku harian itu menulis keluhan-keluhan pekerjaan, hingga akhirnya timbul pertanyaan berapa uang yang harus di tabung untuk dapat berhenti kerja dan jalan-jalan ke Eropa. Di buku inilah Janice menginspirasi bahwa menulis bisa memberikan jawaban atas masalah-masalah yang kita miliki... 

Dan Janice pun memulai menabung, mengurangi makan di luar, membuang atau menjual barang dan pakaian lama. Hingga pada akhirnya tercapailah keinginannya berhenti kerja dan jalan-jalan ke Eropa.

Di Paris dia bertemu dengan penjual daging tampan, tapi sayangnya tidak bisa bahasa inggris. Namun kisah romantis mereka tetap bergulir meski terkendala bahasa (katanya sih justru enak, jadi klo kesel ngomel-ngomel sendiri tapi pasangannya gak ngerti... haha). 

Dan begitulah kisah bergulir. Si Janice pun mempunyai ide untuk menghidupi diri dengan menulis surat pribadi dengan lukisan sudut-sudut kota Paris yang dia jual melalui E-Bay (jujur saya gak punya bayangan kaya apa ini? apa kaya kartu pos gitu kah...).

Kelebihan novel ini sih penggambaran kota Paris yang begitu indah. Saya jadi pengen kesana, padahal selama ini saya dengernya Paris biasa-biasa aja, banyak copet, dll yang negatif, tapi si Janice cukup membuat saya kepengen merasakan kedamaian yang dia gambarkan, seperti berjalan-jalan diantar taman-taman dan melihat pemusik jalanan memainkan musik. 

Dan lagi Janice memberikan motivasi dalam menulis buku harian, bahkan di halaman 284 dia bilang "Menulislah untuk mempelajari hal-hal yang kau ketahui". Yah kadang memang segala yang kita keluhkan, sebenarnya kita sudah punya solusi untuk menghadapinya. 

Memang perjuangan sekali menghabiskan buku ini. 1 bulan saya membacanya, bahkan sempat saya seling dengan buku Agatha Christie. Maklum saya terbiasa membaca buku yang ada konfliknya. Nah buku ini sepertinya datar-datar saja. Bikin bosen tengah jalan. Tapi poin utama yang buat saya bisa menyelesaikan apalagi kalau bukan penggambaran kota Paris nan indah. 

Overall saya cukup suka (apalagi covernya bagus banget) dan saya kasih bintang 3 dari 5 untuk novel ini...